
Peresmian gedung Perpusnas oleh Presiden RI Joko Widodo (14/9/2017) (Foto: Kak Sum)

Menghadiri acara peresmian Gedung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang baru, Kamis 14 September 2017 lalu, merupakan suatu kehormatan dan kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Mengapa bisa begitu? Karena saya sangat mencintai buku. Dan berbagai perpustakaan di Jakarta adalah merupakan sahabat saya sejak saya kecil. Bukan hanya perpustakaan, melainkan semua tempat yang memiliki buku, saya akan rela berlama-lama jongkok ditempat tersebut hanya untuk mendapat kesempatan membaca buku.
Beberapa tahun yang lalu, saya berkesempatan untuk mengunjungi sebuah perpustakaan nasional Eropa Tengah, tepatnya Perpustakaan Nasional Slovakia yang bernama Matica Slovenska ( The Mother of Slovakia ) yang berada di kota Martin, Republik Slovakia. Saat melihat fasilitas di perpustakaan tersebut, saya sempat berpikir “coba perpustakaan di Indonesia seperti ini ya…nyaman, modern dan serba otomatis”. Dan sekarang, tiba-tiba saya berdiri di pelataran Gedung Perpustakaan terbesar di dunia. Dan gedung tersebut ada disini, di Indonesia, tanah air beta.
Rasa haru dan bangga bercampur menjadi satu saat menyaksikan bapak Presiden kita, Ir. Joko Widodo menekan tombol sirine yang menandakan diresmikannya Gedung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang baru.

Gedung yang terletak di Jl. Merdeka Selatan no. 11 tersebut terdiri dari 3 lantai basement dan 24 lantai ke atas. Dibangun dengan dana sebesar Rp 465.207.300.000 dengan menggunakan skema pembiayaan “Multy Years” untuk 2014, 2015 dan 2016 dan berdasarkan pada Surat Kementrian Keuangan pada tanggal 20 Agustus 2014. Sementara kontraktual dari pembangunan gedung ini sendiri sudah dimulai pada bulan November 2012 dan pembangunannya selesai tepat pada tanggal 31 Desember 2016 yang lalu.
Pada peresmian Gedung Perpustakaan Nasional yang baru ini, dihadiri juga oleh “Duta Baca” Najwa Shihab, Kepala Perpustakaan Nasional Bapak Muh. Syarif Bando dan juga Gubernur DKI Bapak Drs. H. Djarot Saiful Hidayat. Pada acara yang diawali dengan meyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya yang berjalan begitu khidmat tersebut juga dimeriahkan oleh persembahan musik Angklung yang dibawakan oleh murid-murid SMP dan SMA Nasional 1 Bekasi, Ferry Curtis dari Bandung, Anak Bercerita, Daffa Haidar Rashad dan juga Paduan Suara yang dibawakan oleh pegawai Perpustakaan Nasional.
Gedung Perpustakaan Nasional RI yang menjadi Ikon Peradaban Manusia dan Budaya ini memiliki bentuk yang menjulang tinggi dengan aksen berbentuk bingkai pada fasad-nya yang menjadikan bentuk bangunan ini menyerupai sebuah jendela. Dan sesuai dengan bentuknya, gedung ini memang dirancang untuk melambangkan Perpustakaan sebagai Jendela Dunia. Perpustakaan yang akan menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat Indonesia dan juga sebagai sentra aktifitas edukatif, rekreatif dan kultural.
Gedung yang dirancang dengan konsep green building ini dengan konsumsi 150 kwh/mm2 pertahun, dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas modern. Untuk jaringan teknologinyapun sudah menggunakan jaringan teknologi data kategori 7 (CAT 7) yang mampu mentransfer data dengan kecepatan hingga 100 Gbps. Sementara untuk distribusi buku-buku yang akan dibaca oleh pengunjungpun juga tidak menggunakan cara manual lagi melainkan menggunakan lift otomatis (tele lift) yang akan langsung mengirimkan buku yang sudah dipesan ke lantai dimana pengunjung ingin membacanya.
Gedung Perpustakaan Nasional yang terletak dalam satu komplek dengan Gedung Monumen Nasional (Monas) ini bukan hanya merupakan gedung perpustakaan yang terbesar didunia, tetapi juga gedung yang sangat ramah untuk semua kalangan masyarakat. Baik itu anak-anak, remaja, dewasa, lansia bahkan kaum disabilitas, karena gedung ini juga dilengkapi dengan ruang laktasi ( untuk ibu menyusui) di area ruang baca anak-anak, sehingga para ibu yang sedang mendampingi sang buah hati untuk menikmati koleksi buku di Perpustakaan Nasional tidak perlu khawatir untuk menyusui bayinya apabila membawa bayi. Untuk para lansia, selain disediakan koleksi-koleksi buku juga disediakan layanan petugas pendamping sehingga memudahkan untuk para lansia dalam mengakses buku yang diperlukan. Untuk peyandang disabilitas tuna netra pun juga disediakan fasilitas dan buku-buku khusus yang dapat mereka akses dengan mudah.
Untuk lebih mendorong anak-anak untuk bereksplorasi, ruang baca anak-anak didesain dengan dekorasi yang warna warni dan sangat menarik. Juga dilengkapi dengan panggung kreasi yang kondusif untuk pengembangan literasinya.
Fasilitas lainnya yaitu berupa fasilitas komputer yang terkoneksi dengan jaringan internet untuk layanan multimedia, naskah, peta dan buku-buku langka, juga layanan mikorfilm.
Gedung Perpustakaan Nasional ini bukan hanya memiliki koleksi buku-buku yang sangat lengkap dan gedung yang luas, tetapi juga dilengkapi dengan fasilitas ruang pameran (galeri), teater, aula yang berkapasitas 1000 kursi, ruang telekonferensi dan ruang diskusi yang dapat digunakan oleh komunitas-komunitas literasi.
Dengan fasilitas yang lengkap dan modern seperti ini, nyaman, mudah dijangkau dengan menggunakan transportasi umum, semoga menjadikan kita semakin rajin untuk mengunjungi dan memanfaatkan fasilitas gedung yang sudah disediakan oleh pemerintah untuk kita ini. Dan tentunya, marilah bersama-sama kita menjaga semua fasilitas dan koleksi dari sumber ilmu ini.
1 thought on “Gedung Perpustakaan Terbesar Di Dunia Itu Ada Di Indonesia”