Maret 12, 2025

image

Seperti biasa, pagi ini aku menyempatkan diri membuka social mediaku hanya untuk sekedar melihat apa yang terjadi di dunia luar sana. Maklumlah liburan kali ini aku dan keluarga memutuskan untuk tidak bepergian kemana-mana mengingat kemacetan yang terjadi dipintu-pintu tol menuju luar kota.

Saat pertama kali kubuka news feed di facebook-ku, hal yang aku jumpai adalah sebuah postingan dari temanku yang bermukim di Jogjakarta. Dalam postingannya dia menggambarkan bagaimana penuhnya kota Jogja dengan para pelancong, disertai harapannya atau lebih tepat disebut doa yang bernada pasrah agar banyaknya wisatawan yang datang akan lebih membawa berkah dan tidak menimbulkan masalah. Scroll sedikit lebih kebawah, kujumpai sebuah postingan berikut foto-foto bagaimana penuh-nya sebuah sungai yang mengalir menuju Goa Pindul dengan para wisatawan. Bahkan hanya dengan melihat gambar tersebut saja sudah bisa dilihat para wisatawan tersebut sulit untuk bergerak menikmati apa yang disuguhkan tempat wisata tersebut.

Berikutnya ternyata masih ada lagi hal yang mengusikku. Muncul sebuah tautan video tentang robohnya sebuah jembatan di suatu tempat wisata di Aceh dikarenakan banyaknya pengunjung yang melewati jembatan tersebut melebihi kapasitas jembatan. Dalam video tersebut terlihat bagaimana para pengunjung berusaha menyelamatkan orang-orang yang terjebak di jembatan tersebut hanya dengan berenang menuju tengah sungai tersebut tanpa alat keselamatan apapun.
Tiba-tiba aku teringat tentang seminar yang aku ikuti tgl 19 Desember lalu tentang “Pariwisata Menuju Era Digital” yang di selenggarakan oleh El John Indonesia. Dalam seminar tersebut dikemukakan tentang target wisatawan di tahun 2016 nanti. Di targetkan 20juta wisatawan dari luar negri untuk datanh berwisata ke Indonesia sampai dengan tahun 2018.
Adalah target yang realistis untuk terpenuhi mengingat banyaknya obyek wisata di Indonesia yang memang sangat indah dan menakjubkan. Dari bangunan-bangunan peninggalan sejarah masa lampau yang berumur beberapa abad sampai dengan potensi alam yang sangat indah. Dan didukung oleh gencarnya promosi pariwisata digital yang ditulis oleh para blogger dari Koalisi Online Pesona Indonesia maupun iklan-iklan dari perusahaan-perusahaan pariwisata, target tersebut akan sangat mudah terpenuhi.
image

Permasalahannya disini adalah, apakah kita sudah benar-benar siap untuk menerima kedatangan para wisatawan tersebut? Siap dalam arti ketersediaan sarana dan prasarana yang layak yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada para wisatawan tersebut.
Untuk daerah-daerah tujuan wisata yang memang selama ini sudah dikelola bertahun-tahun dan menjadi tujuan favorite para wisatawan mancanegara, hal tersebut mungkin tidak menjadi masalah besar. Tetapi untuk tempat-tempat wisata yang baru saja di temukan atau di ketahui oleh umum, kesiapan sarana, sumber daya manusia dan cara pengelolaan akan menjadi suatu masalah serius untuk dipikirkan. Tanpa adanya sumber daya manusia yang tepat untuk mengelola tempat tersebut dan infrastruktur yang memadai akan mengakibatkan tidak terorganisirnya kegiatan wisata.Besar kemungkinan hal tersebut akan menimbulkan kerusakan pada obyek wisata, dan yang lebih mengkhawatirkan adalah ancaman terjadinya kecelakaan.

Lagi-lagi aku teringat materi seminar yang aku ikuti yang disampaikan oleh ibu Supina S. ST Par, M, M Par, MM tentang “Eco Tourism”. Entah kenapa seminar sehari tentang tourism ini sangat berkesan buatku. Mungkin karena seringnya teman-teman dari Eropa menanyakan kondisi tujuan wisata sebelum mereka datang ke Indonesia kepadaku. Mungkin juga karena harapanku terlalu muluk tentang kondisi tempat-tempat wisata yang pernah aku kunjungi. Dalam ceramahnya pada seminar tersebut ibu Supina menyampaikan betapa pentingnya menjaga kelestarian obyek-obyek pariwisata yang kita miliki, termasuk kebudayaan dan adat istiadatnya. Dalam hal ini pemerintah sudah melakukan upaya edukasi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar obyek wisata untuk turut serta mengingatkan para wisatawan tentang adat istiadat di daerah tersebut dan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, demi kelestarian obyek wisata dan budaya tempat tersebut.

Tetapi apakah kita harus tergantung hanya kepada pemerintah saja untuk menggerakkan hal tersebut? Tentu saja tidak. Ini adalah Indonesia kita dan “kita” bukan hanya pemerintah saja tapi seluruh masyarakat Indonesia. Marilah kita lakukan bersama-sama menjaga kelestarian alam kita, adat istiadat dan budaya kita. Sekecil apapun yang bisa kita lakukan sama pentingnya untuk Indonesia kita. Walau hanya dengan men-tweet informasi tentang kondisi tempat wisata yang kita datangi atau dengan memposting foto atau informasi akan sangat membantu untuk memajukan pariwisata kita. Atau dengan memberikan contoh yang baik kepada wisatawan lain, seperti memungut sampah yang tidak pada tempatnya dan memasukkannya ke tong sampah, atau berusaha mengantri apabila suatu wahana terlihat penuh atau membahayakan. Itu sudah merupakan hal yang sangat berarti untuk tempat yang kita kunjungi dan sangat membantu menghindari kejadian-kejadian yang berbahaya dan mengurangi kenyamanan berwisata. Dan satu hal yang penting diingat (karena hal ini sedang ngetrend dan sering membuat kita lupa diri 🙂 ) Selfie boleh, tapi jangan sampai merusak atau membahayakan diri sendiri….
Dan lamunan pagiku akhirnya kusudahi dengan keinginan yang lebih, tapi aku rasa tidak berlebihan.Aku tidak Ingin Indonesia seperti Eropa atau tempat wisata dinegara lain. Tapi aku ingin lebih. Lebih Indah, lebih aman dan lebih nyaman. Karena Indonesia memang lebih dari negara-negara lain. Dan yang pasti Indonesia adalah negara teraman untuk berwisata. This is Indonesia, WONDERFUL INDONESIA. (RJ)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *