Maret 12, 2025
Anxiety membuat hidupku sangat terbatasi. Dan aku tidak dapat membiarkan hal ini terus menerus terjadi. Aku harus terbebas dari anxiety

“Kamu nih lemah banget sih, begitu aja udah stress”. Kata-kata ini sering sekali saya dengar saat anxiety saya tiba-tiba datang.

Beberapa tahun lalu, saya didiagnosa menderita anxiety. Semuanya berawal saat menderita penyakit lambung Dyspepsia.

Gejala dyspepsia yang sangat mirip dengan gejala sakit jantung, yaitu jantung berdebar kencang, serasa mau pingsan, lemas, dada terasa seperti terbakar, membuat saya selalu takut hal itu akan terjadi kembali.

Setiap kali merasakan sedikit keanehan, seperti pusing, lemas atau apapun itu, rasa takut yang amat besar tiba-tiba akan datang. Dan otakpun secara otomatis langsung membayangkan hal-hal yang menakutkan. Ketakutan terbesar adalah kematian. Pikiran langsung dipenuhi dengan kecemasan, bagaimana kalau tiba-tiba aku pingsan, tiba-tiba jantung ini berhenti berdetak, siapa yang akan merawat anak-anakku dan ibuku, dimana mereka akan tinggal, bagaimana mereka akan menjalani kehidupan, siapa yang akan membela kalau ada orang yang berbuat jahat ke mereka. Dan segala macam pikiran bercampur menjadi satu.

Kondisi tersebut semakin hari menjadi semakin memburuk. Sampai-sampai untuk sekedar keluar dari pagar rumah pun tidak ada keberanian. Setiap kali merasakan adanya keanehan dalam tubuh, yang bagi orang normal itu adalah hal yang biasa, bagiku itu merupakan suatu masalah besar dan bisa membuatku sesak nafas dan lemas.

Setiap kepanikan itu muncul, aku berusaha untuk keluar rumah sekedar berjalan mondar mandir disekitaran rumah dengan ditemani oleh ibuku atau anakku. Hal itu aku lakukan untuk berjaga-jaga apabila terjadi sesuatu, aku bisa langsung lari ke rumah sakit.

Dari yang awalnya teratasi dengan berjalan-jalan diluar rumah, sampai akhirnya rasa panik semakin memburuk. Yang setiap kali kepanikan tersebut datang, rasa sesak nafas semakin hebat, yang akhirnya harus dilarikan ke UGD. Pada awalnya hal tersebut terjadi hanya sekali dalam satu minggu. Semakin lama semakin sering aku harus dilarikan ke UGD hanya karena kepanikan yang menyebabkan sesak nafas. Sampai akhirnya aku bertemu dengan dokter Putra. Dokter yang satu ini menurutku sabar sekali dalam mendengarkan semua keluhanku. Sebenarnya dia adalah dokter umum. Tetapi dari cara dia mendengarkan keluhanku dan berusaha menyelesaikan satu persatu hal-hal yang aku rasakan, membuatku merasa lebih tenang. Dia lakukan pemeriksaan semua yang aku keluhkan hanya untuk memastikan apakah yang aku rasakan adalah memang suatu penyakit atau hanya efek dari rasa takutku. Dari pemeriksaan EKG sampai cek darah. Semua hasilnya baik.

Dari semua hasil tersebut, setiap kali kepanikan dan sesak nafas datang aku berusaha sekuat tenaga meyakinkan diriku sendiri bahwa aku baik-baik saja. Jantungku tidak ada masalah dan sesak nafas tersebut datang karena aku merasa panik. Dan aku selalu mengingat percakapanku dengan dokter Putra bahwa yang aku butuhkan adalah rekreasi. Aku disarankan untuk jalan-jalan ke alam agar pikiranku lebih jernih. Bahkan dokter tersebut memberikan solusi apabila aku takut untuk pergi jalan-jalan, dia bisa sediakan perawat yang bisa mendampingiku saat bepergian dengan menginformasikan dua hari sebelumnya untuk mengatur jadwal.

Suatu hari, tiba-tiba aku mendapat tugas liputan ke Bali. Aku berpikir, inilah kesempatanku untuk jalan-jalan. Tetapi bagaimana kalau dalam perjalanan tiba-tiba aku mengalami kepanikan. Bagaimana kalau tiba-tiba di pesawat aku mengalami kepanikan?. Semua keraguan itu berputar di otakku. Akhirnya aku putuskan untuk mengunjungi dokter Putra untuk memastikan apakah memungkinkan untukku bepergian jauh. Dan jawaban yang aku dapat adalah kondisiku baik-baik saja, dan dengan pergi ke Bali justru aku akan bisa memanfaatkan kesempatan untuk me-refresh pikiranku. Tidak lupa beliau juga membekali aku dengan obat-obatan untuk penyakit lambungku dan juga obat penenang untuk berjaga-jaga apabila dalam perjalanan tiba-tiba aku mengalami kepanikan. Yang pada akhirnya obat penenang tersebut sama sekali tidak aku butuhkan.

Akhirnya aku memilih berangkat ke Bali bersama rombongan yang berangkat dengan bus. Dengan pertimbangan apabila terjadi sesuatu, akan dapat berhenti dimana saja dan akupun bisa menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Dan diluar dugaan, akhirnya aku sampai Bali bersama rombongan tanpa mengalami kepanikan sedikitpun. Selama tugas liputanpun semuanya berjalan dengan lancar karena banyak sekali yang harus aku lakukan dan pikirkan. Disela-sela waktu liputan pun aku bisa menyempatkan diri berjalan-jalan ke beberapa tempat.

Sepulang dari Bali, kondisiku semakin membaik. Aku tidak lagi mengalami kepanikan atau dada berdebar lagi. Bahkan berat badanku perlahan-lahan mulai naik, pikiranku mulai disibukkan untuk hidup sehat. Aku mulai lebih rajin datang ke gym, hal yang selama dua tahun lebih aku takuti dan hanya datang untuk sekedar treadmill agar keanggotaanku tidak sia-sia.

Dari semua perjalananku hidup dengan anxiety dan panic attack yang berawal dari masalah lambung yang kronis tersebut, aku bisa menyimpulkan bahwa semua kepanikan tersebut terjadi karena pemikiran-pemikiranku yang negative. Dari terlalu banyak mencari artikel-artikel di internet tentang penyakit tersebut yang isinya bermacam-macam, yang hampir selalu ada kalimat yang menyatakan bahwa penyakit tersebut dapat menimbulkan kematian, yang karena kesalahan pemahamanku, hal tersebut justru memicu stress dan membangun keyakinan bahwa penyakitku tidak akan bisa sembuh. Dan hal itulah yang menyebabkan pemikiranku selalu berada dalam rasa takut.

Pada akhirnya, setelah aku merasa lebih baik sepulangku dari Bali, aku memutuskan tidak lagi mencari-cari tahu tentang penyakitku, dan memutuskan apabila merasakan sesuatu, aku harus bertanya langsung ke dokter. Karena bagaimanapun dengan mengunjungi dokter secara langsung, dokter dapat melihat dan memeriksa dengan jelas dan akurat berdasarkan kondisi kita saat itu.

Hal lain yang membuatku menjadi lebih baik adalah, berserah diri. Menyadari bahwa kematian bisa datang kapan saja dan dengan sebab apa saja. Sedangkan untuk masalah anak-anakku, apabila memang terjadi sesuatu padaku, percayakan kehidupan mereka terhadap Tuhan. Karena masing-masing manusia dilahirkan dengan takdirnya sendiri-sendiri. Kesadaran ini aku dapatkan setelah aku sering berdiskusi dengan seorang teman yang dengan penuh kesabaran melalui telephone, membicarakan banyak hal tentang hidup, tentang bisnis, seni dan banyak hal lainnya. Aku bisa mulai hidup dengan pemikiran yang lebih positive dan lebih memikirkan hal-hal yang bisa kulakukan hari ini untuk mengembangkan diri.

Secara garis besar, Anxiety dapat di minimalisir dengan cara:

  1. Berserah diri dan percaya bahwa Tuhan sudah mengatur segala hal tentang hidup kita
  2. Berpikiran positive, saat kepanikan menyerang kita harus bisa meyakinkan diri kita sendiri bahwa semua rasa sakit atau keanehan secara fisik itu hanyalah imajinasi kita yang datang karena adanya kepanikan, jadi sebenarnya kita baik-baik saja
  3. Apabila ada hal-hal masalah kesehatan yang kita rasakan atau kita alami, sebaiknya bertanya langsung dengan datang ke dokter, karena dengan kita mencari tau sendiri melalui artikel-artikel yang ada di internet, belum tentu kita bisa memahami apa yang di sampaikan. Bahkan mungkin kita akan salah mengartikannya sehingga akan menambah rasa takut kita
  4. Berusaha selalu berada dalam lingkaran orang-orang dan lingkungan yang positive dan mendukung kesembuhan kita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *